Di tahun 1990-an, ketika internet hanya untuk kalangan yang sangat terbatas, sebanyak setengah dari semua pencarian web adalah untuk materi seksual eksplisit. Namun kini porsi pencarian untuk materi seksual eksplisit tersebut telah berkurang. Bukan karena jumlah pencariannya yang berkurang, tetapi karena segala sesuatu dari pembelian rumah hingga berburu pekerjaan telah pindah ke internet.
Pornografi masih menyumbang lebih dari sepersepuluh dari semua pencarian di internet. Jumlah halaman porno diperkirakan antara 700 juta hingga 800 juta halaman. Salah satu situs terbesar mengklaim bahwa mereka mendapatkan 80 miliar view video dalam setahun.
Setiap kali pornografi menjadi lebih mudah tersedia, hal ini memicu kepanikan moral. Setelah munculnya majalah girlie di tahun 1950-an dan penyewaan film X-rated di tahun 1980-an, pelaku kampanye mengklaim bahwa pornografi bisa membuat jelek status perempuan, menimbulkan kekerasan seksual dan mengarahkan orang untuk meninggalkan pencarian jodoh demi kesenangan pribadi.
Keresahan tentang efek pornografi online meningkat. Sebagian besar konten porno saat ini adalah gratis. Oleh karena smartphone, tablet dan laptop dapat mengakses materi hardcore secara pribadi, hasilnya adalah banyak remaja saat ini telah melihat dan melakukan tindakan seksual lebih banyak daripada yang dilakukan kaisar Mughal sepanjang hidupnya.
Namun demikian, terlalu sedikit yang diketahui tentang porno secara khusus dan seksualitas secara umum untuk menilai apa efek yang ditimbulkannya. Sebuah survei tahun 2013 oleh peneliti Inggris menemukan lebih dari 2.000 makalah yang berkaitan dengan efek porno pada remaja. Hanya 79 makalah yang memberikan kesimpulan berdasarkan bukti yang kuat.
Dalam upaya untuk membendung gelombang pornografi, orangtua dan pemerintah beralih ke cara instan, yaitu memblok konten porno. Berbagai negara menginginkan penyedia layanan internet untuk mengaktifkan blocking konten porno sebagai default.
Hal tersebut akan membantu menghentikan anak-anak muda tersandung konten porno. Akan tetapi banyak dari mereka yang lebih tua akan mencari konten porno tersebut dan sebagian besar akan menemukannya, tidak peduli apa hambatan yang dimasukkan untuk memblok konten porno tersebut.
Oleh karena konten porno tersebut pada akhirnya akan ditemukan juga oleh para remaja dan mereka yang lebih tua, maka perlu pendekatan yang lebih baik, yaitu membicarakan hal tersebut secara lebih terbuka.
Penyandang dana penelitian perlu membayar untuk studi metodis pornografi dan seks yang lebih luas. Sekolah perlu untuk menghilangkan prasangka mitos porno. Beberapa pendidik seks di Denmark sudah mulai membahas pornografi di dalam kelas, menggunakannya agar anak-anak bisa berpikir tentang isu-isu seperti gambar tubuh.
Di atas semua itu, orangtua perlu mendidik diri mereka sendiri tentang pornografi dan untuk berbicara terus terang kepada anak-anak mereka tentang hal yang berbau seksual. Membicarakan hal tersebut secara terbuka dengan menekankan pada pendidikan menghargai diri anak. Mungkin hal tersebut akan sulit bagi banyak orang, tetapi senjata terbaik melawan misinformasi adalah kebenaran, bukan diam.
Sumber: Diadaptasi dari The Economist