Publik mengetahui bahwa YouTube memiliki algoritma yang bisa menyaring video tertentu bahkan sebelum ditonton pengguna. Akan tetapi YouTube tetap membutuhkan flagger (penanda) yang benar-benar memahami isu (khususnya isu lokal) sehingga bisa menandai video tertentu yang melanggar panduan komunitas YouTube untuk kemudian bisa dihapus. Mereka yang ditunjuk menjadi flagger ini disebut YouTube Trusted Flagger (YTF).
ICT Watch sejak bulan Oktober 2017 yang lalu telah menjadi YouTube Trusted Flagger dan berkesempatan menghadiri YouTube Trusted Flagger Summit APAC yang diadakan di Singapura. YouTube Trusted Flagger Summit ini juga dihadiri oleh Trusted Flagger dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, yaitu Australia, Pakistan, Srilangka, Bangladesh, India, Korea Selatan, dan Vietnam. Turut juga hadir Trusted Flagger lainnya dari Indonesia, yaitu Ecpat dan Mafindo.
Dalam YouTube Trusted Flagger Summit ini dibahas banyak hal, terutama isu-isu yang berlawanan dengan panduan komunitas YouTube. Para flagger dari berbagai negara berbagi pengalaman terkait proses flagging video di YouTube. Beberapa isu yang mengemuka adalah kekerasan, radikalisasi, terorisme, hate speech, bullying, dan children abuse.
Gautam Anand, Managing Director, YouTube APAC mengaku senang dengan kehadiran para Trusted Flagger karena merupakan bagian dari YouTube untuk memastikan konten yang layak ditonton pengguna. Ia menambahkan bahwa YouTube membutuhkan flagger yang benar-benar memahami isu sehingga bisa menandai video tertentu yang menyalahi panduan komunitas YouTube sehingga kemudian bisa dihapus. Skala video di YouTube yang demikian besar merupakan masalah lain yang membuat trusted flagger menjadi penting.
Saat ini ada sekitar 1,8 miliar pengguna yang terdaftar di YouTube. Meskipun YouTube ditujukan untuk hal-hal positif, namun tidak tertutup kemungkinan ada aktor yang menyalahgunakan layanan ini untuk tujuan lain seperti perekrutan teroris, hate speech, bullying, bunuh diri dan children abuse. Bisa dipastikan aktor yang menyalahgunakan layanan YouTube ini tidak banyak, namun demikian mereka harus ditangani secara serius agar konten yang mereka upload tidak menyebar atau populer di YouTube.
Sementara itu, Jake Lucchi, Head of Content & Public Policy Google APAC memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kinerja para flagger dari Indonesia. Ia mengatakan bahwa dari data yang ada Indonesia termasuk negara dengan tingkat keakuratan tertinggi dalam menandai video di YouTube. Perlu diketahui, sejauh ini YouTube telah menghapus sekitar 8 juta video dari layanan YouTube.
Dalam YouTube Trusted Flagger Summit ini peserta didorong untuk memberikan tanggapan mereka kepada tim Google/YouTube. Peserta juga berkolaborasi dalam memberikan rancangan yang tepat dalam menangani isu tertentu sehingga bisa melihat persoalan tersebut lebih luas. Misalnya perlunya edukasi, literasi digital bagi pengguna YouTube terkait konten sehingga mereka tidak sembarangan mengupload konten video. Perlu juga pemahaman tentang privasi dan perlindungan anak agar video yang memperlihatkan korban berupa anak-anak bisa dicegah untuk tampil di YouTube.
Selain hal tersebut, satu yang menjadi perhatian adalah isu radikalisasi, kekerasan dan terorisme yang disebarkan khususnya melalui video-video di YouTube. Dalam YouTube Trusted Flagger Summit ini, YouTube menghadirkan Thomas Samuel Director of the Digital Strategic Communications Division, Southeast Asia Centre for Counter-Terrorism (SEARCCT) untuk memberikan perspektif tentang isu-isu radikalisasi, kekerasan dan terorisme di internet. Tentunya kehadiran Thomas Samuel ini erat dengan salah satu panduan komunitas YouTube terkait konten-konten yang mengajak melakukan terror.
YouTube Trusted Flagger Summit ini merupakan yang pertama kalinya diadakan oleh Google/YouTube dengan mengundang para flagger dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik (meskipun tidak semua negara). Tentunya Youtube berharap kehadiran para flagger tersebut bisa meminimalisasi konten yang salah di YouTube sebagai wujud tanggung-jawab YouTube dalam memberikan layanan. Ke depannya, setelah summit para flagger diharapkan memiliki basis pengetahuan yang lebih baik sehingga tingkat keakuratan dalam menandai video di YouTube meningkat. YouTube mengatakan bahwa mereka akan memprirotaskan trusted flagger dalam review konten video sehingga suatu konten tertentu yang ditandai flagger bisa lebih cepat dihapus. Penghapusan video bisa dalam waktu 24 jam dan kadang cuma dalam hitungan jam.
ICT Watch tentu mengapresiasi apa yang dilakukan YouTube demi lingkungan layanan yang lebih baik. Inisiatif Google/YouTube ini patut dipuji karena mereka menyediakan suatu alat kontrol bagi publik dan juga pihak-pihak yang mereka percaya untuk menilai konten video sehingga bisa meminimalisasi dampak konten video yang menyalahi panduan komunitas YouTube.