Sebanyak 22.175 nama pegawai FBI beserta rincian jabatan dan kontak telah dibocorkan oleh hacker. Kebocoran tersebut terjadi sehari setelah kelompok hacker yang melakukan tweet dari akun @DotGovs memposting database online dengan rincian 9.355 pegawai pemerintah AS dari departemen lain.
Sesi kedua rincian data telah diposting di bawah pesan Long Live Palestine, Long Live Gaza dan tagar #FreePalestine. Daftar ini mencakup informasi yang tidak umum, seperti jenis pekerjaan dan rincian kontak. Rincian tersebut membocorkan nama 1.797 agen khusus dan wakil direktur satuan tugas.
Rincian diposting ke sebuah situs berbagi teks terenkripsi. Kelompok yang berada di balik pelanggaran data tersebut mengklaim bahwa mereka telah mendownload 200GB data dari dari jaringan internal Departemen Kehakiman AS.
Menjelang rilis, salah satu hacker di balik pelanggaran data tersebut mengatakan kepada Motherboard bahwa ia mengakses data melalui akun email Departemen Kehakiman AS. Tanpa melakukan verifikasi rincian, Departemen Kehakiman AS memberikan hacker tersebut kode untuk mengakses intranet DOJ, di mana ia menemukan rincian kontak dan data sebesar 1TB.
Bersamaan dengan daftar kontak FBI dan Departemen Homeland Security, hacker berhasil mendownload 200GB data. Data ini mencakup informasi lebih sensitif seperti nomor kartu kredit dan email militer.
Ada spekulasi bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok yang sama yang melakukan hack terhadap akun email pribadi dari John Brennan, direktur CIA pada bulan Oktober. Kelompok tersebut yang disebut Crackas with attitude (CWA), masuk ke portal penegak hukum AS dan memperoleh akses ke satu atau lebih database pegawai pemerintah AS.
Setelah melakukan hack terhadap John Brennan, kelompok tersebut merilis dua daftar yang disusun sesuai abjad yang berisi sekitar 4.800 nama. Data tersebut juga dirilis dari akun yang telah melakukan tweet dengan tagar #FreePalestine. Namun demikian sejauh ini tidak jelas apakah serangan terbaru tersebut dilakukan oleh orang yang sama.
Seorang juru bicara Departemen Kehakiman mengatakan akses tidak sah tersebut masih dalam penyelidikan, namun tidak ada indikasi saat ini bahwa ada pelanggaran informasi pribadi yang sensitif.
Sumber: The Telegraph dan Motherboard