Mungkin tidak ada yang tidak tahu ungkapan “On the internet, nobody knows you’re a dog” ini. Ungkapan ini atau tepatnya lelucon ini hampir sama tuanya dengan internet itu sendiri, namun masih relevan untuk menangkap gagasan bahwa Anda bisa menjadi siapa pun yang Anda inginkan di internet.
Namun, ternyata berpura-pura atau menjadi orang lain di internet bisa menyebabkan masalah. Rachel Grieve dan Jarrah Watkinson di University of Tasmania di Hobart, Australia menemukan bahwa ketika presentasi diri online Anda menyimpang terlalu jauh dari siapa sebenarnya Anda di dunia nyata, hal ini benar-benar dapat menyebabkan stres dan perasaan keterputusan sosial.
Memahami persona pengguna di internet penting bagi peneliti dan pengiklan dan pemerintah. Namun sejauh ini tidak jelas bagaimana identitas kita di kehidupan nyata memetakan diri kita ke versi kita di jaringan sosial. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kita menyesuaikan interaksi online untuk menyembunyikan aspek kepribadian yang tidak kita sukai atau yang tidak ingin kita bagi. Dengan kata lain, kita mengkurasi diri online kita agar yang terlihat hanya yang terbaik.
Namun anggapan tersebut di atas perlu digambar ulang. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa warna sejati kita atau siapa kita sebenarnya tidak bisa dicegah untuk terlihat. Misalnya, beberapa penelitian menemukan perilaku di Facebook merupakan refleksi akurat dari kepribadian kita sehari-hari.
Tentu saja pertanyaannya adalah mengapa hal tersebut terjadi?
Grieve dan Watkinson mungkin telah menemukan mengapa mencoba menjadi orang lain (bukan diri sendiri) mengakibatkan masalah emosi dan mental, layaknya kehidupan nyata (offline). Pasangan ini mennyuruh 164 orang dengan usia berkisar antara 18 dan 55 tahun untuk mengambil dua tes kepribadian, satu sebagai diri mereka yang sebenarnya dan satu lagi sebagai orang yang mereka sajikan di Facebook. Mereka menemukan bahwa banyak orang yang diri sejati mereka menyimpang dari yang disajikan secara online, semakin sedikit keterhubungan sosial dilaporkan dan lebih banyak stres.
Ini artinya menjadi diri orang lain di Facebook tidaklah mudah dan bukan tanpa risiko. Menampilkan kesempurnaan di Facebook yang sebenarnya bertolak belakang dari kondisi nyata bisa membuat terputusnya hubungan sosial dan yang lebih parah adalah bisa membuat stress. Jadi ada baiknya Anda tampil apa adanya Anda di dunia nyata dan tidak perlu berusaha menjadi sempurna atau terlihat sempurna.
Sumber: New Scientist
Sumber Foto: ABC News