Pada hari Selasa (9/2-2016) bertepatan dengan Safer Internet Day 2016, Twitter mengumumkan sebuah council atau dewan baru yang disebut Trust & Safety Council. Council ini memiliki lebih dari 40 anggota dan yang membanggakan ICT Watch dan The Wahid Institute, dua organisasi penting dari Indonesia menjadi anggota Trust and Safety Council tersebut.
Latar belakang dibentuknya Trust & Safety Council ini dikemukakan oleh Twitter dalam sebuah artikel di blog resmi mereka kemarin. Menurut Twitter, di Twitter setiap suara memiliki kekuatan untuk membentuk dunia. Kita melihat kekuatan ini setiap hari, mulai dari aktivis yang menggunakan Twitter untuk memobilisasi warga hingga pencipta konten yang menggunakan Twitter untuk membentuk opini.
Untuk memastikan pengguna dapat terus mengekspresikan diri secara bebas dan aman di Twitter, Twitter harus menyediakan lebih banyak alat dan kebijakan. Dengan ratusan juta Tweet yang dikirim per hari, volume konten di Twitter sangat besar yang membuatnya sangat kompleks untuk mencari keseimbangan yang tepat antara memerangi penyalahgunaan dan berbicara tentang kebenaran. Hal ini membutuhkan multi-layered approach di mana setiap pengguna Twitter yang jumlahnya 320 juta memiliki peluang untuk berekspresi, sebagaimana halnya komunitas ahli yang bekerja untuk keselamatan dan kebebasan berekspresi.
Hal inilah yang melatarbelakangi Twitter mengumumkan pembentukan Twitter Trust & Safety Council, bagian baru dan tidak terpisahkan dari strategi Twitter untuk memastikan bahwa pengguna merasa aman untuk mengekspresikan diri mereka di Twitter.
Dalam mengembangkan council tersebut, Twitter mengambil pendekatan global dan inklusif sehingga bisa mendengar keragaman suara dari organisasi seperti safety advocates, akademisi dan peneliti yang fokus pada anak di bawah umur, literasi media, kewarganegaraan digital, dan upaya sekitar belas kasih dan empati yang lebih besar di internet, organisasi advokasi akar rumput yang mengandalkan Twitter untuk membangun gerakan dan momentum,
kelompok masyarakat memiliki kebutuhan akut untuk mencegah penyalahgunaan, pelecehan, dan intimidasi, sebagaimana halnya juga kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri.
Organisasi dan ahli yang masuk ke dalam keanggotaan Twitter Trust & Safety Council tersebut adalah sebagai berikut.
- Anti-Bullying Pro
- Anti-Defamation League
- Beyond Blue
- Bravehearts
- Center for Democracy and Technology
- Childnet
- Circle of 6
- ConnectSafely
- Crisis Text Line
- Cyber Civil Rights Initiative
- Cybersmile Foundation
- Dacher Keltner, Professor of Psychology and Faculty Director of UC Berkeley’s Greater Good Science Center
- Dangerous Speech Project
- E-Enfance
- EU Kids Online
- European Schoolnet
- Family Online Safety Institute
- Feminist Frequency
- Fundacion para la Libertad de Prensa
- GLAAD
- Hollaback
- iCanHelp
- ICT Watch
- iKeepSafe
- INACH
- Insafe
- Internet Watch Foundation
- Jugendschutz
- LICRA
- Love 146
- Marc Brackett, Director, Yale Center for Emotional Intelligence
- National Cyber Security Alliance
- National Domestic Violence Hotline
- National Network to End Domestic Violence
- NetSafe
- Pantallas Amigas
- Project Rockit
- Reachout
- Red en Defensa de los Derechos Digitales
- Red Papaz
- Safernet
- Samaritans
- Southwest Grid for Learning
- Spunout
- The Alannah and Madeline Foundation
- The Wahid Institute
- Thorn
- UK Safer Internet Centre
- Without My Consent
- Yakin
Masuknya ICT Watch dan The Wahid Institute dalam keanggotaan Twitter Trust & Safety Council merupakan hal yang patut dipuji mengingat kedua organisasi ini memiliki pengalaman yang tidak sedikit di masing-masing bidang yang mereka tangani.
The WAHID Institute adalah lembaga yang berusaha mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Abdurrahman Wahid dalam membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme dan toleransi di kalangan kaum muslim di Indonesia dan seluruh dunia. Dalam berbagai programnya, WI menggelar kegiatan di lingkungan aktivis muslim progresif dan dialog-dialog di antara pemimpin agama-agama dan tokoh-tokoh politik di dunia Islam dan Barat.
Sementara ICT Watch adalah organisasi masyarakat sipil (CSO) yang didirikan dalam rangka mengembangkan, memberdayakan dan mendukung orang-orang, organisasi masyarakat sipil lain dan multi-stakeholder di Indonesia untuk hak mereka untuk informasi. ICT Watch percaya bahwa internet adalah salah satu alat yang paling kuat untuk memfasilitasi keterlibatan warga dalam membangun masyarakat demokratis dan mempromosikan berbagai hak asasi manusia.
Sumber: Blog Twitter