Twitter, YouTube dan Facebook akan menghadapi keluhan hukum dari tiga kelompok antirasisme di Prancis. Serikat mahasiswa Yahudi (French Jewish student union, UEJF), SOS Racisme dan SOS Homophobie mengklaim bahwa jaringan sosial tersebut gagal untuk menghapus materi hate speech ilegal seperti yang dipersyaratkan oleh hukum Perancis. Menurut kelompok tersebut, setelah melakukan tes selama seminggu jaringan sosial Facebook, Twitter dan YouTube hanya menghapus sebagian kecil dari video, tweet dan komentar dengan tema seperti rasisme, homofobia dan penolakan holocaust.
Dari tes yang dilakukan, Facebook yang paling proaktif, menghapus 53 dari 156 pesan atau komentar, sementara YouTube menghapus hanya 16 dari 225 konten yang ditunjukkan oleh kelompok tersebut. Twitter berada paling belakang karena hanya menghapus 8 dari 205 tweet yang ditandai. Menurut kelompok tersebut, hasil ini menunjukkan keengganan untuk melawan kebencian pada platform mereka yang secara total bertentangan dengan hukum Perancis serta syarat dan kondisi mereka yang mereka buat sendiri.
Kinerja penghapusan tweet yang ditandai oleh Twitter yang sangat sedikit sangat memalukan, sebab Twitter baru-baru ini meresmikan markas Perancis di Paris dengan Perdana Menteri Perancis Manuel Valls. Tahun lalu, Valls meluncurkan pertarungan nasional terhadap konten ilegal di jaringan sosial, yang menyebut bahwa anti-Semetic, pidato rasis di jaringan sosial tidak dapat diterima.
Tidak seperti di AS, penolakan holocaust dan bentuk lain dari pidato kebencian adalah ilegal di Perancis dan negara-negara Eropa lainnya. Di Jerman, Facebook dan Twitter baru-baru ini setuju untuk menghapus bentuk yang paling serius dari konten tersebut dalam waktu 24 jam. Kelompok antirasisme tersebut menunjukkan bahwa Facebook sangat berhasil menghapus setiap konten yang terkait ketelanjangan atau pornografi. Ini artinya Facebook lebih peduli terhadap konten tersebut dibandingkan dengan konten kebencian dan rasisme.
Sumber: Engadget