Facebook memungkinkan kelompok supremasi kulit putih menebar ancaman kekerasan, sementara menyensor postingan Black Lives Matter dan aktivitas kulit berwarna. Hal ini diungkapkan oleh kelompok hak-hak sipil yang menyebut perusahaan teknologi Facebook perlu untuk memperbaiki sistem moderasinya yang bias rasial.
Dalam sebuah surat kepada CEO Facebook, Mark Zuckerberg, aktivis dalam gerakan Black Lives Matter telah secara rutin melaporkan penghapusan gambar dengan alasan bahwa hal tersebut melanggar Standar Komunitas Facebook. Pada saat yang sama pelecehan dan ancaman yang ditujukan kepada aktivis Black Lives Matter berdasarkan ras, agama dan orientasi seksual mereka berkembang di Facebook.
Surat tersebut turut ditandatangani oleh koalisi lebih dari 70 organisasi keadilan sosial dan rasial, mendesak Facebook untuk mengadopsi reformasi yang lebih baik untuk menargetkan konten kasar dan pelecehan, tetapi juga sekaligus menghentikan sensor terhadap pidato politik.
Kampanye yang dipimpin oleh Color of Change, Center for Media Justice, SumOfUs.org dan Daily Kos muncul bertepatan dengan situasi Facebook yang berada di bawah pengawasan ketat atas cara algoritma dan moderator Facebook memilih untuk mengizinkan dan menghapus konten. Facebook telah berulang kali dituduh melakukan sensor dalam beberapa bulan terakhir, termasuk terhadap pengguna yang mengkritisi Donald Trump, foto perang bersejarah, wartawan yang mengekspos rasisme dan karya seni terkenal yang menampilkan ketelanjangan.
Namun pengguna yang melaporkan bahasa kekerasan dan rasis serta ancaman terbuka sering memperoleh pengalaman sulit mendapatkan tanggapan Facebook. Kritikus berpendapat bahwa dalam kasus sensor dan pelecehan, Facebook hanya mengoreksi kesalahan dalam kasus-kasus besar yang dimunculkan oleh media sehingga menjadikan platform Facebook mimpi buruk sehari-hari bagi banyak pengguna biasa, terutama orang kulit berwarna yang ditargetkan oleh troll.
Sumber: The Guardian