Kehidupan manusia di masa depan mungkin diambil alih oleh robot. Namun robot bukan satu-satunya ancaman kehidupan manusia di masa depan. Komputasi afektif diperkirakan juga akan mengambil alih kehidupan manusia.
Apa itu komputasi afektif? Komputasi afektif adalah studi dan pengembangan sistem dan perangkat yang dapat mengenali, menginterpretasikan, memproses, dan mensimulasikan afektif manusia, misalnya emosi.
Salah satu aplikasi emotion-sensing dibangun oleh start-up Affectiva yang dibidani Massachusetts Institute of Technology (MIT) Maverick Media Lab tempat di mana para desainer, ilmuwan komputer, seniman, arsitek dan ahli saraf mengumpulkan ide.
Ide di balik Affectiva adalah untuk menciptakan sebuah komputer yang bisa mengenali berbagai emosi halus manusia berdasarkan ekspresi wajah. Pekerjaan Affectiva merupakan bagian dari bidang penelitian yang kini sedang tumbuh yang dikenal sebagai komputasi afektif, yaitu upaya ilmiah untuk memberikan perangkat elektronik kecerdasan emosional sehingga mereka dapat menanggapi perasaan keras kepala manusia dan membuat hidup manusia lebih baik.
Hype besar dalam ilmu komputer saat ini adalah di sekitar kecerdasan buatan, mengembangkan komputer dengan kemampuan untuk belajar dari data dan membuat keputusan yang rasional di berbagai bidang seperti perdagangan keuangan atau kesehatan.
Namun ilmuwan seperti Rana el Kaliouby, seorang ilmuwan komputer kelahiran Mesir yang mempelajari interaksi manusia dan komputer di Kairo mulai tahun 1993 berpikir emotion sensing adalah penting bagi kecerdasan mesin sebagaimana data-driven rationality. Menurutnya hal ini bukan hanya tentang interaksi manusia-komputer. Dengan membuat mesin memiliki kecerdasan emosional, komunikasi manusia bisa menjadi lebih baik.
Ide emotion sensing telah mulai populer dalam imajinasi publik saat ini. Ahli robot lain yang bergerak di bidang ini Cynthia Breazeal yang telah membangun Jibo, sebuah robot keluarga mirip kartun Disney yang dapat melakukan tugas-tugas sederhana seperti membaca cerita untuk anak pada waktu tidur atau memberikan pengingat suara dari daftar tugas yang akan dilakukan. Robot tersebut bisa membaca mimik wajah dan dapat melakukan percakapan sederhana.
Ada juga Pepper, robot pendamping Jepang yang bisa membedakan perasaan manusia seperti sukacita, kesedihan dan kemarahan, dan menanggapinya sesuai dengan perasaan tersebut, misalnya dengan memainkan sebuah lagu. Bahkan Microsoft merilis sebuah alat awal tahun ini yang bisa mengungkapkan emosi seseorang hanya didasarkan pada foto mereka. Para ilmuwan di seluruh dunia, termasuk ahli fisiologi, ahli saraf dan psikolog, telah bergabung dengan insinyur untuk menemukan indikator terukur dari emosi manusia yang dapat ditambahkan ke komputer agar mereka bisa mempelajarinya.
Sumber: Telegraph
Sumber Foto: KDVR