Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemegang rekening bank di Amerika Serikat lebih cenderung beralih bank pasca mengalami penipuan. Para peneliti di Carnegie Mellon University menemukan bahwa orang yang informasinya dikompromikan lebih mungkin untuk mengakhiri hubungan mereka dengan bank dalam waktu enam bulan dari peristiwa penipuan, meskipun jika mereka diberikan kompensasi penuh dan tidak kehilangan uang. Peralihan bank oleh pengguna sangat lazim ketika bank tidak mampu melacak penipuan kepada pihak tertentu atau menjelaskan apa yang terjadi.
Peneltian yang bertema Security, Fraudulent Transactions and Customer Loyalty: A Field Study dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Profesor Rahul Telang dan menganalisis data dari 500.000 pengguna anonim jasa keuangan selama lima tahun. Para peneliti mengamati perilaku pengguna sebenarnya daripada menanyai mereka tentang niat mereka.
Beberapa pengguna (hampir 20.000 pengguna) mengalami peristiwa transaksi yang tidak sah pada rekening mereka. Penipuan tersebut sering berupa penipuan kartu debit, rekayasa sosial atau phishing. Dalam kebanyakan kasus kerugian yang dialami pengguna dibayar kembali.
Para peneliti menemukan bahwa pengguna hingga 3 persen lebih mungkin untuk mengakhiri hubungan mereka dengan bank setelah mengalami penipuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipuan bank tidak bertanggung jawab langsung atas transaksi penipuan, pengguna dapat mendesak bank ikut bertanggung jawab dan mengakhiri hubungan mereka. Selanjutnya, efek ini jauh lebih besar bila pengguna tidak dikompensasi karena bank menganggap transaksi yang terjadi sah.
Sumber: The Register
Sumber Foto: DNA India