Remaja sering menjadi korban cyberbullying. Kita masih ingat dengan kisah Amanda Todd yang akhirnya memilih untuk bunuh diri karena menjadi korban cyberbullying. Namun demikian, orang tua tampaknya tidak begitu menaruh perhatian terhadap kasus cyberbullying ini, khususnya di Indonesia.
Bila di negara lain seperti Inggris memiliki situs tersendiri yang mengampanyekan anti bullying dan kiat-kiat untuk menghadapinya, di Indonesia mungkin sulit sekali untuk menemukan situs serupa dengan program yang bisa memberikan edukasi dalam menghadapi bullying, khususnya cyberbullying. Cyberbullying dikaitkan dengan kesehatan mental dan masalah penggunaan narkoba pada remaja.
Untungnya pendekatan sederhana, seperti makan malam keluarga secara teratur bisa mengurangi efek dari cyberbullying tersebut. Makan malam keluarga dapat membantu melindungi remaja dari konsekuensi cyberbullying dan juga bermanfaat bagi kesehatan mental mereka.
Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 18.843 orang remaja/siswa usia 12 sampai 18 tahun dari 49 sekolah di Amerika Serikat. Para peneliti meneliti hubungan antara cyberbullying dengan masalah mental dan penggunaan narkoba serta moderasi efek cyberbullying melalui kontak dan komunikasi keluarga melalui makan malam keluarga.
Para peneliti mengukur lima masalah internal (kecemasan, depresi, menyakiti diri, ide bunuh diri dan usaha bunuh diri), dua masalah eksternal (perkelahian dan vandalisme) serta empat masalah penggunaan narkoba (minum alkohol berulang, sering pesta, penyalahgunaan obat resep dan penyalahgunaan narkoba).
Hampir 19 persen dari remaja/siswa melaporkan bahwa mereka mengalami cyberbullying selama 12 bulan sebelumnya. Cyberbullying dikaitkan dengan kesemua masalah, baik internal maupun eksternal serta masalah penggunaan narkoba seperti yang disebutkan di atas.
Makan malam keluarga tampaknya mampu memoderasi hubungan antara cyberbullying, kesehatan mental, dan penggunaan narkoba. Misalnya, dengan empat atau lebih makan malam keluarga per minggu ada sekitar perbedaan 4 kali lipat dalam tingkat total masalah antara yang bukan korban cyberbullying dengan yang sering menjadi korban cyberbullying. Ketika tidak ada makan malam perbedaannya lebih dari 7 kali lipat. Ini artinya total masalah akibat cyberbullying menjadi menurun dengan melakukan makan malam keluarga.
Berdasarkan temuan ini, peneliti tidak menyimpulkan bahwa hanya cyberbullying yang bisa menyebabkan kesehatan yang buruk atau hanya makan malam keluarga yang bisa melindungi korban cyberbullying. Temuan ini mendukung himbauan pendekatan terpadu untuk melindungi korban cyberbullying yang mencakup keterampilan pendekatan individu dan keluarga serta dukungan sosial sekolah.
Sederhananya, remaja korban cyberbullying bisa diselamatkan dengan cara makan keluarga malam di mana dalam makan malam keluarga tersebut akibat dari cyberbullying dapat dimoderasi. Makan malam keluarga adalah kesempatan untuk remaja sehingga ia bisa menceritakan peristiwa yang dialaminya, termasuk cyberbullying. Dengan makan malam keluarga, orang tua dapat mengetahui apa yang dialami anak remajanya. Orang tua akan memberikan nasihat atau jalan keluar yang mungkin dapat ditempuh sehingga akibat dari cyberbullying dapat diminimalisasi.
Namun demikian, makan malam bukanlah satu-satunya cara. Perlu pendekatan terpadu agar korban cyberbullying dapat kembali normal dan tidak memilih pilihan ekstrim seperti bunuh diri.
Sumber: The JAMA Network Journals via Science Daily
Sumber Gambar: news.au.com