Tingginya sebaran hoax saat ini tidak terlepas dari dua ujung tombak yang digunakan untuk menyebarkannya, yaitu media sosial dan aplikasi chatting. Dikutip dari Republika, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Kemaritiman Ditjen IKP Kemenkominfo Septriana Tangkary berharap agar pengguna internet milenial lebih cerdas melihat konten. Ia mengutip hasil survei dari Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) yang diikuti 1.116 responden pada 2017.
Survei tersebut menunjukkan media sosial, aplikasi komunikasi, dan situs menjadi saluran tertinggi penyebaran hoax. Masing-masing punya persentase 92,4 persen (media sosial), 62,8 persen (aplikasi chatting), dan 34,9 persen (situs).
Bentuk hoax yang paling sering diterima berupa tulisan (62,1 persen), gambar (37,5 persen), dan video (0,4 persen). Ia menambahkan bahwa sebanyak 89 persen konten hoax adalah tentang SARA. Oleh karena itu jika pengguna harus kritis dalam melihat konten yang tidak positif. Cari tahu dari mana sumbernya dan siapa penulisnya.