internetsehat.id

Merawat Kolaborasi Literasi Digital Indonesia

Literasi Digital

Membangun Nilai Kebangsaan di Media Sosial

Apakah tren media sosial mengubah nilai kebangsaan masyarakat kita? Pertanyaan ini dijawab oleh 3 narasumber dalam kegiatan Literasi Digital bersama KWI Keuskupan Surabaya yang mengangkat tema Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial.

Nilai Algoritma Kebangsaan harus terus kita tingkatkan agar nilainya lebih besar daripada algoritma yang merusak di media sosial. Oleh karena itu, mari kita bersama gunakan TikTok, Instagram, Facebook, Twitter dan platform internet lainnya untuk mempromosikan Indonesia yang hebat dengan cara yang sopan santun,” demikian disampaikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit (Ekoji), saat menjadi pembicara dalam kegiatan “Literasi Digital: Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bersama dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dari Komisi Sosial (Komsos), Komisi Kerasulan Awam (Kerawam), Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya, pada tanggal 10 September 2023 di Surabaya.

Selain Prof. Ekoji, Indriyatno Banyumurti (Direktur Eksekutif ICT Watch), juga menegaskan pentingnya berpikir kritis saat menerima informasi di media sosial agar tidak mudah termakan hoaks. “Netizen harus dapat berpikir kritis untuk dapat mengidentifikasi apakah sebuah informasi itu hoaks atau bukan. Kita dapat melihat ciri-ciri hoaks jika mendapat informasi yang meragukan atau memeriksanya di https://s.id/cekhoaks“.

Selain itu, Indriyatno juga menjelaskan 4 pilar literasi digital yaitu Cakap Berdigital, Aman Berdigital, Budaya Berdigital dan Etika Berdigital.

Pentingnya etika berdigital ini kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Yohana Vanda, seorang influencer dari Jawa Timur, yang mendorong para kreator konten untuk dapat menjunjung etika dalam konten-kontennya. “Orang muda sangat berpotensi untuk membawa dampak bagi masyarakat di sekelilingnya dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar. Oleh karena itu penting kita membangun konten yang positif di media sosial, dengan tidak lupa memperhatikan etika di dalamnya“.

Kegiatan ini dihadiri sebanyak 263 (dua ratus enam puluh tiga) orang peserta yang berasal dari berbagai Paroki di Keuskupan Surabaya, termasuk suster, frater dan romo, serta Orang Muda Katolik (OMK) di Surabaya.