Microsoft akhirnya bergabung dengan jajaran raksasa teknologi lainnya yang berkomitmen untuk menanggulangi terorisme secara online. Microsoft juga mengakui bahwa konten teroris telah diposting ke layanan mereka yang meliputi Xbox Live dan Outlook.
Menurut Microsoft, terorisme adalah salah satu masalah yang benar-benar mendesak. Microsoft berkomitmen untuk melakukan bagian mereka dengan membantu mengatasi penggunaan teknologi untuk mempromosikan atau untuk merekrut pelaku terorisme. Tidak begitu jelas apa strategi anti terorisme yang dilibatkan Microsoft, tetapi perusahaan menekankan bahwa strategi tersebut tidak termasuk menyensor hasil pencarian pada Bing.
Microsoft mengatakan bahwa mereka akan menghapus link ke konten terkait teroris dari Bing hanya ketika penghapusan tersebut diminta penyedia pencarian berdasarkan hukum setempat. Microsoft juga memiliki rencana bekerja dengan organisasi nonpemerintah untuk menawarkan narasi alternatif dalam hasil pencarian. Microsoft berharap kolaborasi tersebut akan membantu melindungi individu bermasalah dari menuju ke jalan kekerasan.
Microsoft merupakan perusahaan teknologi besar terakhir yang mengeluarkan kebijakan anti terorisme. Facebook, Google dan aplikasi Telegram telah memantau dan menghapus konten teroris untuk beberapa waktu lamanya. Google, misalnya, mengatakan akan menampilkan tautan anti-radikalisme kepada orang-orang yang mengetik istilah pencarian ekstrimis ke layanan mereka. Aplikasi perpesanan Telegram telah memblokir lebih dari 600 saluran yang terkait dengan ISIS sejak November tahun lalu. Sementara Facebook memiliki tim yang didedikasikan untuk memantau materi teroris.
Sebagai bagian dari rencana untuk mengatasi terorisme, Microsoft telah mengumumkan dana untuk Hany Farid, seorang profesor di Dartmouth College yang mengembangkan teknologi untuk memindai dokumen, video, foto dan audio untuk mengidentifikasi materi terorisme.
Sumber: The Telegraph
Sumber Foto: Project Wheel