internetsehat.id

Merawat Kolaborasi Literasi Digital Indonesia

Literasi Digital

Penelitian: Algoritma Instagram Prioritaskan Foto Berpakaian Minim

Internet Sehat: Pernah merasakan news feed Instagram dipenuhi oleh foto perempuan atau laki-laki yang berpakaian minim? Pernah bertanya apakah diri Anda memiliki pikiran cabul sehingga foto seperti itu lebih banyak muncul di news feed Instagram?

Jangan terlalu cepat memvonis diri. Mana tahu hal tersebut by design. Menurut sebuah penelitian baru, algoritma Instagram membuat foto-foto yang menunjukkan kulit lebih mungkin untuk muncul. Artinya foto mereka yang berpakain minim lebih mungkin muncul di news feed.

Para peneliti dari AlgorithmWatch dan European Data Journalism Network membuat penemuan dengan menganalisis umpan berita Instagram, berbicara dengan pembuat konten, dan mempelajari paten.

Tim peneliti meminta 26 sukarelawan untuk memasang add-on browser yang secara otomatis membuka beranda Instagram mereka secara berkala, dan mencatat posting mana yang muncul di bagian atas umpan berita mereka. Para relawan kemudian mengikuti pilihan pembuat konten profesional yang menggunakan Instagram untuk mengiklankan merek mereka atau menarik klien baru.

Dari 2.400 foto yang diposting oleh pembuat konten, 362 (21%) menunjukkan pria berdada telanjang atau wanita dalam balutan bikini atau pakaian dalam. Para peneliti berharap bahwa jika algoritma Instagram tidak memprioritaskan foto-foto ini, para relawan akan melihat keragaman posting yang serupa. Tetapi itu tidak terjadi. Dalam umpan berita relawan, pos dengan gambar semi-telanjang memperoleh porsi 30% dari pos yang ditampilkan dari akun.

Dari penelitian tersebut diperoleh foto-foto wanita berpakaian minim 54% lebih mungkin untuk muncul di news feed, sementara posting dengan pria bertelanjang dada 28% lebih mungkin untuk ditampilkan. Sebaliknya, pos yang menunjukkan gambar makanan atau lanskap 60% lebih kecil kemungkinannya untuk muncul dalam news feed.

Nicolas Kayser-Bril, seorang reporter di AlgorithmWatch, percaya bahwa algoritma ini mengabadikan bias dari pengguna tertentu. Dia mengatakan bahwa sebagian kecil pengguna Instagram melihat platform sebagai sumber bebas foto soft porn dan perilaku mereka mungkin diambil oleh sistem ML, diperkuat, dan gambar ketelanjangan didorong untuk semua pengguna dalam lingkaran setan.

Para peneliti mengatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut. Mereka menambahkan bahwa tidak mungkin untuk menarik kesimpulan konkret tanpa akses ke data internal dan server produksi yang dipegang oleh pemilik Instagram, yaitu Facebook. Sampai itu terjadi, para peneliti berencana untuk menyelidiki lebih lanjut dengan merekrut lebih banyak sukarelawan untuk menginstal add-on pemantauan mereka.

Dalam sebuah pernyataan, Facebook membantah temuan para peneliti ini. Menurut Facebook, penelitian tersebut cacat dalam beberapa cara dan menunjukkan kesalahpahaman tentang cara kerja Instagram. Facebook mengatakan bahwa mereka memberi peringkat pada posting di news feed berdasarkan konten dan akun yang telah diminati, bukan pada faktor arbitrer seperti keberadaan pakaian renang.

Meskipun demikian, para peneliti percaya bahwa temuan mereka mencerminkan cara kerja algoritma Instagram yang sebenarnya. Menurut para penelitia, Facebook telah menerbitkan paten yang menunjukkan bagaimana news feed dapat secara otomatis memilih gambar yang muncul dalam news feed tersebut. Di antara faktor-faktor yang dapat menentukan gambar mana yang akan diprioritaskan, paten secara khusus menyebutkan keadaan atau kondisi keterbukaan pakaian.

Paten tersebut menunjukkan bahwa Instagram tidak hanya mengatur news feed berdasarkan apa yang diinginkan pengguna, tetapi juga bisa memilih foto berdasarkan apa yang menurut Instagram inginkan.

Sumber: The Next Web

Sumber Foto: Business Insider