Pengawas privasi di Inggris meluncurkan penyelidikan terhadap bagaimana data pribadi pemilih diambil dan dimanfaatkan dalam kampanye politik. Intervensi yang dilakukan oleh Kantor Komisaris Informasi (ICO) mengikuti apa yang diberitakan oleh The Observer pekan lalu yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan teknologi sebagian dimiliki oleh miliarder AS memainkan peran kunci dalam kampanye untuk membujuk warga Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam referendum Brexit.
Hal ini membuat juru kampanye privasi, pengacara, politisi dan ahli teknologi mengungkapkan kekhawatiran bahwa undang-undang pemilu tidak bisa mengikuti laju perubahan teknologi.
Juru bicara ICO mengonfirmasi bahwa ICO sedang melakukan penilaian jenis risiko proteksi data yang timbul dari penggunaan analisis data, termasuk untuk tujuan politik dan akan menghubungi berbagai organisasi. ICO bermaksud untuk mempublikasikan temuan mereka tahun ini.
Juru bicara ICO juga mengonfirmasi bahwa mereka telah mendekati Cambridge Analytica atas penggunaan data sebagai diungkapkan di Observer. ICO prihatinan terhadap penggunaan data yang dilaporkan Cambridge Analytica untuk data pribadi dan ICO telah mengontak organisasi tersebut.
Cambridge Analytica yang memiliki kantor di London, New York dan Washington tersebut menggunakan analisis data untuk membangun profil canggih dari individu untuk memprediksi bagaimana mereka bisa memilih. Kabarnya sebagian dimiliki oleh miliarder AS Robert Mercer dan diklaim telah memainkan peran yang berpengaruh dalam pemilihan AS dengan menggunakan kemampuan data canggihnya untuk mengidentifikasi swing voters kunci.
Mercer merupakan teman dari mantan pemimpin UKIP, Nigel Farage. Pekan lalu, Andy Wigmore, direktur komunikasi dari kelompok kampanye pro-Brexit, Leave.EU mengatakan kepada Observer mereka telah diperkenalkan kepada perusahaan tersebut oleh keluarga Mercer.
Pada bulan Februari 2016, kepala eksekutif perusahaan, Alexander Nix, berbicara tentang bagaimana mereka bisa membantu kampanye media sosial Leave.EU dengan memastikan pesan yang tepat ke pemilih yang tepat secara online. Itu artinya analisis data yang dilakukan oleh Cambridge Analytica ini bertujuan untuk kampanye yang tepat di secara online sehingga banyak orang yang memilih meninggalkan Uni Eropa.
Seorang juru bicara Cambridge Analytica membantah telah memainkan peran apa pun, baik dibayar maupun tidak dibayar selama kampanye referendum Brexit. Akan tetapi Caroline Lucas anggota parlemen dari partai Hijau yang berkampanye untuk Tetap (tidak meninggalkan EU) mengatakan bahwa jelas, ada pertanyaan yang harus dijawab tentang penggunaan kampanye Leave yang menggunakan data dalam jumlah besar dan potensi dalam bentuk sumbangan oleh Cambridge Analytica.
Sumber: The Guardian
Sumber Foto: The Investor