Pemilik smartphone rata-rata akan menonton sebanyak 348 video dewasa (porno) di ponsel mereka pada tahun 2015. Angka ini diungkapkan oleh sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Juniper Research. Total lebih dari 136 miliar video dewasa akan ditonton pengguna pada tahun 2015 saja. Jumlah tersebut meningkat 55 persen selama lima tahun ke depan.
Hasil penelitian ini tentu saja mengejutkan melihat sedemikian banyak video porno yang dikonsumsi oleh pengguna smartphone.
Laporan tersebut mengklain pada skala global, setiap pengguna konten dewasa smartphone diharapkan untuk menonton rata-rata 348 video tahun ini saja. Secara total 136 miliar video dewasa akan ditonton pada 2015 saja dengan pertumbuhan diperkirakan sekitar 55%, maka pada tahun 2020 akan ada sebanyak 193 miliar video porno yang ditonton pengguna smartphone.
Diperkirakan akan ada peningkatan dalam tingkat penggunaan (video porno) di pasar negara berkembang, namun pertumbuhan bersih terbesar ada di AS dan pasar yang matang lainnya seperti Eropa Barat terjadi peningkatan yang lebih kecil.
Dalam pasar yang sedang berkembang serapan layanan akan cepat yang didorong oleh peningkatan ketersediaan 4G dan Wi-Fi, serta peningkatan kepemilikan smartphone dan tablet.
Laporan yang disebut Digital Adult Content: Market Trends, Forecasts & Revenue Opportunities 2015-2020 tersebut mengklaim pendapatan untuk industri dewasa (porno) juga akan terus meningkat selama lima tahun ke depan. Namun penyedia konten dewasa akan kehilangan pendapatan dari pasar SMS dewasa, yang diklaim Juniper Research akan menurun secara perlahan selama periode yang sama.
Laporan tersebut juga memprediksi lonjakan konten dewasa yang dibangun untuk platform virtual reality.
Pengguna Oculus Rift akan dapat menggunakan cutting-edge virtual reality headset tersebut untuk menonton konten dewasa secara lebih mendalam sebagaimana dikatakan pendiri Facebook awal tahun ini.
Juniper Research percaya rintangan terbesar bagi pertumbuhan sektor porno, baik di pasar berkembang maupun di pasar yang sudah maju adalah ketersediaan konten (porno) gratis.
Sumber: Juniper Research via express.co.uk dan Forbes
Sumber Foto: Getty Images