Sebuah studi yang dilakukan secara online oleh perusahaan farmasi Inggris, Medexpress yang mensurvei 2.899 orang dewasa yang aktif secara seksual dan berbasis di Inggris meminta mereka menjawab apakah mereka menderita Sexually Transmitted Infections (STI) dan jika ya, jenis STI yang mana yang mereka derita.
Dari survei tersebut diketahui bahwa lebih dari tiga perempat dari pengguna Tinder mengakui mereka menderita satu STI, sementara yang nonpengguna Tinder hanya 38 persen yang mengaku mengalami STI. STI yang paling umum dialami oleh pengguna Tinder adalah kutil kelamin yang sangat menular, diikuti oleh herpes dan chlamydia. Bagi mereka yang tidak menggunakan Tinder, kutu kemaluan berhasil masuk ke top 3 penyakit yang paling sering dialami. Pengguna Tinder juga mengklaim bahwa mereka telah tertular gonorrhoea dan Trichomaniasis, penyakit parasit yang sulit untuk didiagnosa.
Ini bukan pertama kalinya Tinder telah disalahkan untuk peningkatan tingkat STI. Departemen Kesehatan di negara bagian AS Rhode Island mengeluh bahwa kasus sifilis meningkat 79 persen antara tahun 2013 dan 2014, 30 persen peningkatan infeksi gonorrhoea dan kenaikan 33 persen kasus HIV. Para pejabat mengklaim lonjakan STI di seluruh AS mencerminkan penyalahgunaan media sosial untuk mengatur pertemuan seksual suka sama suka dan sering anonim.
Di Inggris, Dr Peter Greenhouse, dari British Association for Sexual Health mengklaim bahwa aplikasi seperti Tinder bisa menyebabkan ledakan HIV jika pengguna tidak berhati-hati. Tinder telah melawan tuduhan tersebut, tetapi mengakuinya dengan menambahkan bagian kesehatan dan keselamatan dan menghubungkan ke STI testing locator di dalam aplikasinya.
Sumber: The Telegraph