Internet Sehat : Penelitian yang dilakukan oleh Top10VPN yang secara teratur menerbitkan data tentang penggunaan Virtual Private Newtork (VPN) di seluruh dunia, telah menyoroti permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Rusia dan Ukraina.
Penelitian tersebut menjelaskan lonjakan besar-besaran, terutama di Rusia, di mana akses ke situs media sosial populer dan layanan berita telah terputus. Simon Migliano dari Top10VPN mengatakan bahwa layanan VPN bangkit kembali di Rusia memasuki akhir pekan 12-13 Maret karena otoritas Rusia melarang Instagram sebagai pembalasan atas perusahaan induk Meta yang mengizinkan seruan kekerasan terhadap militer Rusia tetap ada di platformnya.
Penggunaan VPN Rusia mencapai puncaknya (sejak publikasi) pada 14 Maret, dengan peningkatan 2.692 persen di atas rata-rata permintaan harian (diukur dalam minggu menjelang invasi ke Ukraina). Penggunaan telah meningkat ke angka tersebut selama beberapa hari, dengan tiga hari sebelumnya permintaan mencapai puncaknya 1.394, 1.814, dan 2.088 persen.
Sebelum aktivitas baru-baru ini, yang mungkin dipicu oleh larangan Instagram di Rusia, jumlahnya masih meningkat. Larangan Facebook dan Twitter pada 4 Maret menyebabkan lonjakan 1.000 persen, dan pembatasan kecepatan internet pada akhir Februari juga menyebabkan lonjakan permintaan layanan VPN.
Penggunaan VPN di Ukraina mencapai puncaknya pada 609 persen pada 2 Maret, menjelang awal konflik. Permintaan VPN di Ukraina naik 544 persen pada hari-hari menjelang invasi Rusia, dan baru-baru ini turun, meskipun masih jauh di atas garis dasar dengan peningkatan permintaan 389 persen selama berminggu-minggu sebelum perang.
Migliano menambahkan bahwa setiap kali rezim otoriter di seluruh dunia mencoba mengendalikan penduduk dengan mengganggu akses internet, orang-orang beralih ke Jaringan Pribadi Virtual atau VPN untuk menghindari pembatasan.
Sumber : The Register