Perusahaan internet termasuk Google, Facebook dan Twitter mengecam pemerintahan Obama atas proposal yang akan berusaha untuk menyingkirkan ancaman keamanan dengan meminta pengunjung asing mendeklarasikan akun media sosial mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir Homeland Security mempertimbangkan apakah akan meminta wisatawan asing yang tiba dengan keringanan visa untuk mengungkapkan situs media sosial yang mereka gunakan dan nama pengguna mereka untuk akun tersebut sebagai cara baru untuk menemukan simpatisan teroris potensial. Pemerintah AS meluncurkan rancangan aturan tersebut musim panas ini di tengah kritik bahwa pemerintah tidak berbuat cukup banyak untuk memantau individu yang mencurigakan dengan tanda-tanda radikalisasi, termasuk pasangan yang menikah yang menewaskan 14 orang dalam penembakan massal Desember lalu di San Bernardino, California.
Namun perusahaan teknologi terkemuka mengatakan bahwa proposal tersebut bisa berdampak buruk pada penggunaan media sosial, berbagi online dan, pada akhirnya, kebebasan berbicara secara online. Menurut Internet Association rancangan aturan pemerintah akan memberikan petugas bea cukai akses yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk kehidupan orang asing karena pengguna sering memposting rincian yang sensitif, mulai dari keyakinan politik mereka hingga soal kecenderungan seksualitas di media sosial. Hal ini juga dapat menyebabkan masalah bagi wisatawan AS jika negara-negara lain mengikuti langkah Washington.
Seorang juru bicara U.S. Customs and Border Protection yang merupakan bagian dari DHS mengatkan bahwa mereka kini sedang meninjau komentar terhadap rancangan aturan yang diusulkan. Dia menekankan bahwa pengungkapan akun media sosial tersebut mungkin opsional.
Berdasarkan rancangan aturan tersebut nantinya setiap pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke AS akan diminta untuk mengungkapkan akun media sosial mereka yang merekan gunakan dan user name yang mereka pakai di akun media sosial tersebut. Cara ini untuk mengantisipasi adanya potensi teroris seperti yang terjadi dalam kasus penembakan San Bernardino. Namun tentu cara ini terlalu masuk ke ranah privasi sehingga menimbulkan penolakan dari perusahaan teknologi.
Sumber: Politico
Sumber Foto: Getty Images via CBS Local