internetsehat.id

Merawat Kolaborasi Literasi Digital Indonesia

Infodemi Literasi Digital

Sexting: Ketika Remaja Tidak Lagi Aman di Kamar Tidurnya

022212_dcl_sexting_640

Teknologi berkembang dengan kecepatan tinggi. Teknologi telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan orang-orang dan meningkatkan jalur akses ke kehidupan pribadi. Untuk melihat penetrasi teknologi ini, kamar tidur remaja atau anak muda adalah suatu contoh yang bagus.

Minggu lalu di Inggris terungkap bahwa seorang anak usia 14 tahun di utara Englan telah dimasukkan ke database polisi setelah mengirimkan gambar eksplisit (telanjang) dirinya ke seorang teman perempuannya.

Remaja yang tidak disebutkan namanya tersebut, mengambil foto eksplisit dirinya di kamar tidurnya di rumah dan mengirimkannya ke seorang gadis melalui Snapchat. Namun, sebelum foto tersebut dihapus otomatis oleh Snapchat, gadis tersebut mengambil screenshot dari foto dan kemudian membaginya dengan teman-temannya yang menyebabkan hal tersebut menjadi perhatian sekolah.

Polisi mengatakan kepada remaja 14 tahun dan ibunya bahwa mereka diwajibkan untuk menyerahkan laporan kejahatan ketika menyelidiki insiden seperti ini, bahkan jika orang yang terlibat tidak ditangkap atau dihukum. Laporan kejahatan tersebut dimasukkan ke dalam  making and distributing an indecent image (membuat dan mendistribusikan gambar tidak senonoh) dan akan tetap pada database kepolisian untuk minimal sepuluh tahun.

Anak usia 14 tahun tersebut diperingatkan bahwa nanti jika ia melamar pekerjaan yang memerlukan pemeriksaan catatan kriminal lebih lanjut, insiden ini bisa ditandai. Sekolah juga dikritik karena diduga membuat anak tersebut mengaku sebelum berbicara kepada orang tuanya dan karena tidak memperingatkan murid atas risiko yang mungkin terjadi.

Jika mereka telah 18 tahun, gadis yang membagi foto tanpa persetujuan bisa didakwa berdasarkan hukum balas dendam porno baru dan anak laki-laki akan menjadi korban.

Kasus ini merupakan kasus terbaru dalam daftar panjang kasus sexting  yang mengkriminalisasi remaja secara tidak adil untuk perilaku yang tidak bersalah. Dalam contoh yang lain, seorang gadis yang mengirimkan gambar telanjang dirinya ke pacarnya diselidiki setelah dianggap mendistribusikan gambar tidak senonoh anak meskipun yang ada di foto tersebut adalah dirinya sendiri.

Pada bulan Juni, National Crime Agency (NCA) Inggris meluncurkan kampanye untuk memberikan nasihat tentang bagaimana untuk merespon jika anak terlibat dalam sexting. NCA mengeluarkan peringatan bahwa mengirim foto telanjang atau eksplisit melalui internet telah menjadi normal di kalangan remaja yang jarang memikirkan konsekuensi.

Menurut NCA, anak-anak bisa menjadi rentan terhadap eksploitasi atau pemerasan dan bahkan digunakan oleh pelaku kejahatan seksual dalam upaya untuk menjerat anak-anak untuk pemerkosaan dan pelecehan.

Untuk itulah betapa pentingnya orang tua mengetahui apa kegiatan anak dengan smartphone mereka, meskipun mereka ada di kamar tidurnya sendiri. Kamar tidur anak dan anak yang tidak keluar dari kamar tidurnya mungkin saja tidak seaman yang diperkirakan orang tua karena semakin meningkatnya perilaku sexting remaja yang tidak pernah berpikir risiko.

Saran bagi orang tua untuk selalu memeriksa secara teratur apa yang dilakukan anak remajanya dengan smartphone mereka. Selain itu, penanaman nilai-nilai moral dan agama menjadi sangat krusial agar anak terhindar dari perilaku berisiko seperti sexting.

Sumber: The Telegraph

Sumber Foto: Fox News

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.