Penyelidikan yang dilakukan oleh The Washington Post terhadap kegiataan mata-mata yang dilakukan oleh NSA menunjukkan bahwa pengguna internet biasa lebih banyak menjadi korban dibandingkan dengan pengguna yang benar-benar ditargetkan, baik pengguna asing maupun penduduk Amerika sendiri. Jumlah pengguna biasa yang terkena aksi mata-mata NSA ini sembilan kali lebih banyak.
Hampir setengah dari data-data hasil kegiatan mata-mata tersebut berisi nama, alamat email atau rincian lain yang ditandai oleh NSA sebagai milik warga negara AS. Agen federal mencoba untuk melindungi privasi mereka dengan menutupi lebih dari 65.000 referensi tersebut untuk individu. The Washington Post menemukan hampir 900 alamat email tambahan yang dapat sangat terkait dengan warga negara AS.
Pesan yang dicegat oleh NSA cukup bernilai ditinjau dari sisi intelijen, seperti informasi tentang proyek nuklir rahasia di luar negeri, sekutu bermuka dua, bencana militer yang menimpa kekuatan yang tidak bersahabat dan identitas penyusup agresif ke jaringan komputer AS.
The Washington Post menunjukkan pelacakan komunikasi beberapa bulan di puluhan akun samaran mengarah langsung kepada penangkapan seorang pembuat bom yang berbasis di Pakistan pada tahun 2011 yang dicurigai terlibat dalam pemboman teroris pada tahun 2002 di Bali. The Washinton Post mengatakan pihaknya menahan contoh-contoh lain atas permintaan CIA karena dikhawatirkan akan membahayakan investigasi yang sedang berlangsung.
Materi yang direview oleh The Washington Post antara lain termasuk 160.000 email dan percakapan instan yang disadap, beberapa dari dokumen ini berjumlah berhalaman-halaman dan 7.900 dokumen yang diambil dari 11.000 lebih akun online. Hal ini dikerjakan pada periode kepresiden pertama Barack Obama, 2009-2012 dan diberikan oleh Edward Snowden kepada The Washington Post.
Kehidupan sehari-hari dari 10.000 pemegang akun yang tidak ditargetkan tersebut (secara tidak sengaja ikut menjadi korban aksi mata-mata NSA) diklasifikasi dan dicatat. Materi yang terdapat dalam 10.000 akun tersebut antara lain menceritakan kisah cinta dan patah hati, penghubung kegiatan seksual terlarang, krisis kesehatan mental, konversi politik dan agama, kecemasan keuangan dan harapan yang dikecewakan.
Sumber: The Washington Post via The Guardian
Sumber Gambar: rt.com