Sebuah pusat penelitian terkemuka telah menyerukan undang-undang baru untuk membatasi penggunaan teknologi pendeteksi emosi. The AI Now Institute mengatakan bahwa bidang tersebut dibangun di atas fondasi yang sangat rapuh. Namun sayangnya sistem pendeteksi emosi dijual untuk membantu pencari kerja, menguji tersangka kriminal untuk tanda-tanda penipuan, dan menetapkan harga asuransi.
The AI Now Institute menginginkan perangkat lunak seperti itu dilarang digunakan dalam keputusan penting yang memengaruhi kehidupan orang dan / atau menentukan akses mereka ke peluang tertentu seperti pencari kerja.
Badan yang bermarkas di AS tersebut telah menemukan dukungan di Inggris dari pendiri sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi respons emosionalnya sendiri, tetapi badan tersebut memperingatkan bahwa segala pembatasan perlu diberi penjelasan yang cukup agar tidak menghambat semua pekerjaan yang dilakukan di bidang itu.
Menurut AI Now sektor ini sedang mengalami periode pertumbuhan yang signifikan dan sudah bisa bernilai sebanyak 20 miliar dollar AS. Teknologi ini bisa membca keadaan emosi dengan menafsirkan ekspresi-mikro di wajah, nada suara atau bahkan cara berjalan.
Teknologi ini digunakan di mana-mana, mulai dari bagaimana merekrut karyawan yang sempurna hingga menilai rasa sakit pasien serta melacak siswa mana yang tampaknya memperhatikan di kelas.
Sumber: BBC
Sumber Foto: Daily News