internetsehat.id

Merawat Kolaborasi Literasi Digital Indonesia

Literasi Digital

Terkait Serangan di Paris, Facebook, Google dan Twitter Dituntut

paris-attack-640x360

Perusahaan teknologi Facebook, Twitter, dan Google menghadapi tuntutan hukum dari ayah seorang perempuan yang tewas dalam serangan Paris November lalu. Reynaldo Gonzalez ayah dari perempuan yang ikut menjadi korban menuduh Google, Facebook dan Twitter memberikan dukungan materi kepada ekstrimis.

Reynaldo menuduh Facebook, Twitter dan Google sengaja mengizinkan  kelompok Negara Islam atau ISIS untuk merekrut, mengumpulkan uang dan menyebarkan propaganda ekstrimis. Namun Facebook, Twitter dan Google mengatakan mereka memiliki kebijakan terhadap materi ekstremis. Anak perempuan Gonzalez, Nohemi berada di antara 130 orang tewas ketika ekstremis menyerang Paris’ Bataclan concert, bar, restoran dan stadion sepak bola nasional di dekat Saint-Denis.

Reynaldo menambahkan bawah selama bertahun-tahun Facebook, Twitter, dan Google telah sengaja mengizinkan kelompok teroris ISIS menggunakan jaringan sosial mereka sebagai alat untuk menyebarkan propaganda ekstrimis, penggalangan dana dan menarik anggota baru. Dukungan materi tersebut telah berperan memunculkan ISIS dan memungkinkan untuk melakukan berbagai serangan teroris, termasuk serangan pada 13 November 2015 di Paris, di mana lebih dari 125 tewas.

Reynaldo Gonzalez menuduh bahwa tanpa Twitter, Facebook, dan YouTube ledakan pertumbuhan ISIS selama beberapa tahun terakhir menjadi kelompok teroris paling ditakuti di dunia tidak akan mungkin terjadi karena mereka telah memberikan infrastruktur yang diperlukan bagi kelompok ISIS untuk menyampaikan propaganda mereka ke publik.

Reynaldo Gonzalez mengutip penelitian Brookings Institution yang mengatakan bahwa ISIS telah mengeksploitasi media sosial, yang paling terkenal Twitter untuk mengirim propaganda dan pesan ke dunia dan menarik orang yang rentan terhadap radikalisasi.

Facebook dan Twitter mengatakan bahwa kasus/tuntutan tersebut tidak berdasar dan ketiga perusahaan mengutip kebijakan mereka terhadap materi ekstremis. Twitter, misalnya, mengatakan telah membuat tim yang secara aktif menyelidiki laporan pelanggaran aturan, mengidentifikasi perilaku melanggar dan bekerja dengan penegak hukum saat yang tepat.

Facebook mengatakan jika mereka melihat bukti dari ancaman yang akan terjadi atau serangan teror, mereka akan menghubungi penegak hukum. Google tidak berkomentar, tetapi mengatakan bahwa kebijakan mereka jelas melarang perekrutan teroris dan konten dan video yang berniat menghasut kekerasan dengan cepat dihapus karena melanggar kebijakan Google.

Sumber: BBC

Sumber Foto: neonetwork.pk