Situs terkemuka di Inggris, The Telegraph menjadi korban akibat adanya undang-undang The Right to be Forgotten yang mulai berlaku pada bulan Mei 2014 yang di negara-negara Uni Eropa. Undang-undang tersebut mengharuskan Google (dan atau mesin pencari lainnya) menghapus link menuju artikel yang dihasilkan dari pencarian tertentu yang sudah dianggap tidak memadai, tidak relevan dan tidak lagi relevan dengan kondisi terkini sesuai dengan permintaan atau keluhan orang tertentu yang terkait dengan artikel tersebut. Beberapa pengacara dan Google sendiri memperingatkan undang-undang ini bisa melumpuhkan kebebasan berbicara di internet.
Pengguna yang mencari suatu topik tertentu di www.google.uk akan melihat pesan yang mengatakan: Beberapa hasil mungkin telah dihapus di bawah hukum perlindungan data di Eropa di bagian bawah halaman hasil pencarian. Namun demikian, mereka yang mengunjungi situs google.com (Amerika) tidak akan terpengaruh meskipun mereka yang melakukan pencarian berada di Inggris.
Total lebih dari 250.000 permintaan telah diajukan agar mesin pencari Google menghapus link ke informasi di situs Google Eropa. Meskipun Google tidak mengungkapkan identitas pengadu, Google menyediakan verifikasi identitas untuk membuktikan link tersebut memiliki hubungan, baik kepada diri mereka sendiri atau bahwa mereka memiliki kewenangan hukum untuk bertindak atas nama penggugat.
The Telegraph merupakan situs yang ikut terkena aturan tersebut. Artikel yang ada di The Telegraph itu sendiri tidak dihapus, namun link menuju artikel tersebut yang dihasilkan dari pencarian akan dihapus Google jika ada pihak yang keberatan atas link tersebut.
Tidak tanggung-tanggung 15 link yang menuju 15 artikel di The Telegraph dihapus oleh Google dari hasil pencarian untuk mematuhi undang-undang The Right to be Forgotten tersebut. Link artikel tersebut antara lain memuat berita sebagai berikut.
1. Sebuah artikel tentang mantan biarawati yang dipenjara di Inggris karena menjalankan bisnis gadis panggilan dengan 600 perempuan di seluruh Eropa pada tahun 2003.
2. Sebuah artikel tahun 2008 tentang seorang murid Harrow yang bernama Alex Fiallos yang pulang ke rumahnya mengendarai Mini perak sambil mabuk seharga 4 ribu pound dengan kecepatan 30 mph sebelum menabrak.
3. Sebuah berita dari tahun 2003 tentang mantan presiden Law Society, Robert Sayer yang dituduh membuat identitas palsu untuk memaksa mantan wakilnya untuk dikeluarkan dari profesi yang dijalaninya.
4. Empat foto dari tahun 2008 yang terkait dengan skandal seks mantan presiden F1 Max Mosley.
Melihat sedemikian luasnya undang-undang tersebut dapat digunakan oleh siapa saja warga Eropa yang merasa dirugikan atas artikel tertentu yang diperoleh melalui mesin pencari, sangat pantas banyak orang khawatir undang-undang tersebut bisa melumpuhkan kebebasan berbicara.
Sumber: The Telegraph
Sumber Gambar: Shutter Stock via indexoncensorship.org