Kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak diyakini terus akan terjadi. Seperti kita ketahui, beberapa waktu lalu, pihak berwajib telah menangkap seorang pelaku pedofil online di Surabaya yang berprofesi sebagai seorang manajer sekaligus dosen. Dipercaya kasus pelecehan seksual anak secara online ini serupa puncak gunung es, yang terlihat hanya puncak-puncaknya, sedangkan kasus-kasus lainnya yang berjumlah puluhan atau bahkan ratusan masih belum terungkap.
Cara-cara yang ditempuh para pelaku kejahatan seksual terhadap anak dipercaya juga akan semakin beragam. Guardian melaporkan bahwa streaming online secara langsung dan real time pelecehan seksual terhadap anak telah dan akan menjadi tren yang berkembang dan terus tumbuh selama tiga tahun ke depan.
National Crime Agency atau badan kejahatan nasional Inggris memperingatkan bahwa bahwa skala produksi dari gambar tidak senonoh anak-anak kemungkinan akan tetap stabil selama tiga tahun ke depan, tetapi live streaming dan penggunaan situs tersembunyi oleh pedofil, yaitu situs di luar jangkauan mesin pencari akan cenderung meningkat tajam.
NCA mengatakan bahwa pedofil memanfaatkan meningkatnya ketersediaan sambungan internet di negara-negara berkembang untuk melakukan live streaming pelecehan seksual terhadap anak-anak kepada para pelanggan yang membayar di seluruh dunia. Artinya pelecehan seksual terhadap anak tersebut disiarkan secara langsung atau real time kepada para pelanggan yang membayar untuk layanan tersebut.
Pada bulan Januari 2014 yang lalu, NCA mengumumkan bahwa 17 pria Inggris ditahan dalam sebuah operasi polisi internasional yang berusaha memutus jaringan pedofil yang melakukan live streaming pelecehan anak langsung dari Filipina. Tiga orang lainnya ditahan karena membayar untuk menonton pelecehan seksual anak secara langsung melalui webcam.
Menurut NCA, kemiskinan yang ekstrim, meningkatnya ketersediaan internet berkecepatan tinggi dan adanya basis pelanggan luar negeri yang luas dan relatif kaya telah menyebabkan kelompok-kelompok kejahatan terorganisasi mengeksploitasi anak-anak untuk keuntungan finansial.
Fakta tersebut di atas tentu saja membuat upaya penanggulangan pelecehan seksual online terhadap anak semakin berat. Namun bukan berarti harus berhenti. Semua pihak harus bekerja sama menanggulangi hal ini demi masa depan anak-anak yang lebih baik.
Sumber: The Guardian
Sumber Gambar: dailymail.co.uk