Mafindo mencatat sepanjang 2023 terdapat 646 hoaks yang terkait hanya dengan Pemilu. Ini berarti lebih dari 50 hoaks pemilu yang muncul setiap bulannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat berpikir kritis dan menguasai literasi digital untuk dapat melawannya. Demikian disampaikan Indriyatno Banyumurti (ICT Watch) dalam kegiatan Literasi Digital untuk Pemilu Damai yang diselenggarakan di Makassar (01/02).

Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi mengatakan kebutuhan literasi digital semakin nyata. “Apalagi di tengah penyelenggaraan pemilu yang saat ini dihadapi dimana kemunculan konten yang melanggar peraturan perundangan serta mengandung informasi yang sangat dapat semakin mudah beredar,” tegasnya.

Dalam sesi workshop “Cerdas Berinternet, Pintar Tangkal Hoaks”, selain Indriyatno, hadir juga pembicara Adhy Basto yang merupakan kreator konten dari Makassar. Adhy menyampaikan bahwa untuk mencegah perkembangbiakan hoaks bisa dimulai dari menahan diri agar tidak terprovokasi oleh berita bohong tersebut.

“Karena Kadang hoaks datang bukan karena kita informasi dari orang lain, tapi kadang kita juga yang membuatnya sendiri tapi kita tidak sadar. Siapa yang bisa untuk menangkal hoaks itu? Ya diri kita sendiri,” jelas Adhy.

Selanjutnya Indriyatno juga menjelaskan ciri-ciri hoaks yaitu mencoba menyerang emosi, tidak logis, minta diviralkan, mengutip sumber yang tidak jelas dan judul yang provokatif. “Kita harus berpikir kritis dan tidak mudah terpancing jika menerima informasi yang meragukan kebenarannya, periksa cirinya dan buka https://s.id/cekhoaks untuk memeriksa apakah informasi yang kita terima termasuk hoaks atau tidak,” jelasnya.

Sementara di sesi kedua, diselenggarakan talkshow yang menghadirkan para pembicara Arianne Santoso (Google Indonesia), Aurelie Moeremans (artis), Mardiana Rusli (Ketua Bawaslu Sulawesi Selatan) dan Amanda Belina (Key Opinion Leader). (IB)