internetsehat.id

Merawat Kolaborasi Literasi Digital Indonesia

Literasi Digital

Twitter Ingatkan Pengguna Bersikap Baik & Pikir Dua Kali Sebelum Reply Tweet

Internet Sehat : Twitter sekarang akan meminta pengguna untuk meninjau dan merevisi balasan yang berpotensi berbahaya atau menyinggung. Platform media sosial yang sering menghadapi kritik atas perilaku penggunanya yang kasar, menguji fitur tersebut tahun lalu. Twitter mengatakan tes menunjukkan bahwa permintaan itu mengurangi balasan ofensif.

Pada hari Rabu, perusahaan mengatakan akan meluncurkan petunjuknya ke akun berbahasa Inggris menggunakan Twitter di Apple dan Android. Dalam sebuah posting blog, Twitter mengatakan mereka telah menemukan bahwa permintaan mengarahkan 34% orang untuk merevisi reply awal mereka atau memutuskan untuk tidak mengirim reply sama sekali.

Menurut Twitter pengguna membuat tweet rata-rata, 11% lebih sedikit balasan ofensif setelah diminta untuk pertama kalinya. Mereka juga cenderung tidak menerima balasan yang menyinggung dan berbahaya. Namun, tampaknya pengguna masih bisa mengumpat teman-teman mereka.

Twitter mengatakan petunjuk itu dirancang untuk mempertimbangkan sifat hubungan antara akun yang men-tweet dan akun yang membalas. Jika dua akun sering mengikuti dan membalas satu sama lain, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang nada komunikasi yang disukai.

Platform teknologi telah bergulat dalam beberapa tahun terakhir dengan cara mengawasi konten yang menyinggung, penyalahgunaan, dan pelecehan di platform mereka.

Statistik terbaru Twitter, untuk Januari hingga Juni tahun lalu, menunjukkan bahwa platform tersebut menghapus konten yang berpotensi menyinggung yang diposting oleh 1,9 juta akun, dan menangguhkan 925.700 akun karena melanggar aturan Twitter.

Perdebatan mengenai moderasi konten belakangan ini semakin marak, karena keputusan yang diambil raksasa media sosial terhadap pejabat publik, khususnya mantan Presiden AS Donald Trump. Trump dilarang dari sejumlah platform, termasuk Twitter dan Facebook, setelah kerusuhan Capitol Hill pada 6 Januari.

Sumber : BBC